TERNATE, PilarMalut.com – Anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diluncurkan pemerintah pusat di Provinsi Maluku Utara (Malut), melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Maluku Utara, kurang lebih senilai Rp 6,6 miliar bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2021, diduga terdapat kejanggalan.
Pasalnya, program PEN untuk pemberdayaan masyarakat dimasa pandemi Covid-19 yang di programkan Presiden Joko Widodo, untuk pemulihan ekonomi di Malut terindikasi kuat adanya permainan.
Misalkan, pengelolaan anggaran program PEN untuk jalan keliling Pulau Ternate yang dikerjakan secara kontraktual maupun swakelola yang dikendalikan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pulau Ternate Satker PJN Wilayah II.
Dalam pekerjaan tersebut terdapat sejumlah item kegiatan dalam program PEN berupa swakelola (non skil) seperti item pekerjaan rahabilitasi dan pemeliharan rutin jalan dan jembatan seperti pemasangan batu talud, pembersihan tanaman maupun drainase pada ruas jalan nasional di Kota Ternate. Program ini untuk mendistribusikan dana untuk pemulihan ekonomi dengan melibatkan masyarakat pengangguran, setegah pengangguran dan miskin di lokasi pekerjaan sebagai tenaga kerja.
Terungkapnya dugaan jekanggalan pengelolaan anggaran PEN berdasarkan penulusuran pilarmalut.com dan sejumlah wartawan di sejumlah titik pekerjaan program PEN di Kota Ternate, salah satunya di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate ditemukan untuk item kegiatan terkait pasangan batu drainase, di kerjakan sekolompok orang yang bukan berasal dari Kelurahan Rua. Begitu pula item rehabilitas pembersihan saluran dan ruas jalan jambula sampai dufa-dufa Tahun anggaran 2021.
Salah satu Warga Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Can Husen, saat ditemui wartawan mengatakan, sangat kecewa dengan pihak BPJN karena tidak melibatkan warga Rua dalam program tersebut.
“Saya lihat pekerjaan di Rua bukan pekerja dari warga Rua, karena saya tidak kenal mereka. Ini semua dari luar keluarahan Rua. Pekerja ini ada yang dari Pulau Hiri, dari Keluarahan Stadion, dari Kelurahan Markurubu, Kelurahan Moya dan Kelurahan Tongole,” katanya.
Bahkan kata dia, tidak mengetahui jika PEN sebagai program yang melibatkan masyarakat lantaran tidak ada sosialisasi secara terbukan.
“Informasi dari Kelurahan tidak ada sama sekali. Tidak tahu kalau ada program yang bisa membantu masyarakat kecil seperti kami. Yang setahu saya kalau program yang sementara dikerjakan itu dari PUPR, tapi saya tidak tahu kalau pekerjaan ini bisa libatkan warga Rua sini,” tuturnya.