Ternate,pilarmalut.com- Walikota Ternate M. Tauhid Soleman, Rabu (4/8/2021), meresmikan “Gam Madoto” Kampung Bahasa Tafaga di Kelurahan Tafaga, Kecamatan Moti yang ditandai dengan penguntingan pita dan penandatangan prasasti, yang di rumuskan Unkhair Ternate.
Peresmian diawali dengan penyerahan modul pembelajaran bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa inggris serta kamus sembilan bahasa daerah. Selain itu, Unkhair juga menyerahkan piagam penghargaan yang diberikan langsung Rektor Unkhair, Husen Alting ke Walikota Ternate.
Walikota Ternate M. Tauhid Soleman dalam sambutannya mengatakan, Pemkot sendiri memberikan perhatian serius pada tiga kecamatan di luar pulau Ternate, dan warga di kecamatan Moti dalam interaksi keseharian warga menggunakan berbagai bahasa. Keunikannya di kecamatan Moti kata dia, jika kelurahan yang berhadapan dengan tidore warga menggunakan bahasa tidore, kalau berhadapan dengan makian menggunakan bahasa makian dan berhadapan dengan Ternate menggunakan bahasa Ternate.
“Keunikan yang lain itu kalau ada orang makian dia bisa berinteraksi dengan orang tidore dan yang lain dengan bahasanya, keunikan ini menjadi prasasti budaya di Kota Ternate,” katanya.
Untuk itu kata dia, Pemkot sangat menyambut baik Kelurahan Tafaga di jadikan sebagai Gam Madoto “Kampung Bahasa Tafaga” dan Pemkot akan memberikan perhatian terkait dengan itu.
“Saya dan pak Jasri kami cenderung megedepankan perencanaan berbasis riset. Artinya bahwa keterlibatan perguruan tinggi yang ada di Kota Ternate atau berdomisili di Kota Ternate akan menjadi mitra pemerintah ke depan,” ucapnya.
Rektor Unkhair Husen Alting menuturkan, apa yang dilakukan Unkhair ini sebagai pengabdian kepada masyarakat. “Ini sebagai bentuk pengabdian kami dari Unkhair kepada masyarakat melalui bidang bahasa dan terus kita akan galakkan di beberapa lokasi,” sebutnya.
Sementara, Rektor Unkhair terpilih Ridha Adjam menjelaskan, bahasa menjadi bagian penting kemajuan kebudayaan karena dengan bahasa dapat mentransformasi nilai-nilai kebudayaan, maupun agama yang dianggap sebagai bagian penting dari perilaku dan karakter.
“Kalau penelitian dari Lippi menyatakan bahwa Maluku Utara itu punya 34 bahasa, dan diantara 34 bahasa itu ada satu bahasa yang sudah mati yaitu bahasa di Ibu, itu berarti kita semua ini bersalah. Ada indikasi beberapa bahasa kita akan mengalami nasib yang sama kalau tidak diselamatkan, makanya harus kita buatkan standar kamus bahasa dan mendesain struktur bahasa untuk diajarkan dengan berbagai pola pengajaran yang bisa dipakai,” terangnya.
Ketua Tim Perumus Gam Madoto Kampung Bahasa, Muamar Abdul Halil menyebutkan, Kota Ternate punya keunggulan lain di luar keindahan alam, batik dan kuliner yakni bahasa, sebab kata dia, Malut masuk dalam lima besar bahasa di Indonesia dibawah Maluku dan NTT, karena dari hasil penelitan alm. Yusuf Abdurahman dan Prof. DR. Gufran Ali Ibrahim dan menyimpulkan kurang lebih sebanyak 30 bahasa yang ada di Malut.
“Dari ke 30 bahasa itu setengahnya dikuasai di sebuah kampong yang kami sebut sebagai kampong majemuk yaitu Kelurahan Tafaga yang ada di Malut, Indonesia bahkan dunia,” katanya.
Dengan kampung bahasa itu lanjut dia, bisa menjadi salah satu pasar untuk memperkenalkan kebudayaan yang dimiliki di daerah itu dan hal ini bisa mendorong para wisatawan untuk berkunjung.
“Kita punya budaya yang nomor satu itu bahasa, baru kemudian ada kuliner dan adat istiadat. Dan kita punya itu,” ungkapnya.
Dia bahkan menyentil terkait dengan jumlah penduduk Malut yang berkisar 1,3 juta namun punya keragaman bahasa, berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Bahkan di Tafaga sendiri kurang lebih sebanyak 10 bahasa yang dikuasai warga yakni bahasa Indonesia, bahasa makian luar, makian dalam, tidore, ternate, galela, tobelo, patani, weda dan inggris.
“Kami merumuskan ini sebagai sebuah konsep dan kami berkeinginan pemerintah daerah dapat membantu ini, sehingga kampung majemuk Tafaga ini dapat dikenal di tingkat nasional bahkan dunia,” harapnya.(Red).